Sabtu, 17 Oktober 2009 |

Ummy

Terlahir sebagai anak sulung dari keempat bersaudara yang semuanya perempuan dari ayah K. Abd. Ka’ie --rahimahullah-- dan ibu Ny. Nuraini --rahimahallah-- pada hari Ahad, 18 Ramadhan 1391 H./07 Nopember 1971 M. Alamat asalnya Gadu Barat kecamatan Ganding. Ummi' tinggal di Panangungan setelah nikah dengan Bapak. Selain sebagai ibu rumah tangga, Ummi' juga aktif ngajar di TK Al-Qalam Pananggungan. Sebagai ustadzah, Ummi' tak hanya aktif ngajar di TK. Banyak santri-santrinya datang ke rumah untuk privat ngaji diluar jam sekolah. Keseharian Ummi' juga diisi dengan beberapa aktifitas ukhrawi seperti puasa Daud.

Masyarakat jamak memanggil Ummi' dengan sebutan nyai meski orang itu jelas lebih tua bahkan sepuh. Dalam tradisi Madura, 'nyai' tidak hanya berfungsi sebagai sebutan kepada nenek dan orang yang berusia sepuh, tapi juga sebutan untuk seorang wanita berdarah biru. Sehingga sebutan/gelar itu digandengkan dengan nama beliau sendiri; Mamnunah. Dulunya, ayah Ummi' yang akrab ku panggil ba 'A 'ie memang terkenal di lingkungannya sebagai sosok kyai  kharismatik (dalam konteks masyarakat tradisional).

Di mata kami (anak-anaknya), Ummi' adalah seorang ibu yang cukup sensitif. Beliau sering marah manakala ada masalah, meski sepele. Kami kadang tak tahan dengan sikapnya itu. Namun lama-kelamaan kami jadi terbiasa dan sadar akan tabiat kebanyakan seorang ibu secara khusus, dan perempuan pada umumnya. Bapak selalu mengingatkanku untuk tidak marah-marah pada orang tua apapun alasannya, tersebab sifat 'bikin jengkel' itu memang telah menjadi karakter manusia khususnya orang tua. Inilah ujian kesabaran bagi setiap anak.

Rabu, 28 Safar 1435 H./01 Januari 2014 M.
Lesehan Joyo Sidoarjo

Kepedulian Ummi' padaku (khususnya) tak bisa dibatasi. Ketika aku tak di sampingnya, telpon pun datang bertubi-tubi. Tak ada hal penting menurutku untuk dibicarakan, namun Ummi' tak bosan-bosannya menananyakan keadaanku dan pertanyaan-pertanyaan lain yang sama tiap harinya. Dibandingkan kakak dan adikku, aku merasa Ummi' punya perhatian khusus padaku. Entah mungkin karena aku putra laki-lakinya semata wayang. Hatta di usia kuliah pun, perhatian Ummi' tak jauh beda ketika aku masih SLTP.


Ummi' tak pernah melewatkan malam tanpa berdo'a untuk kami. Salah satu do'a yang sering beliau ucapkan berulang-ulang kala ngobrol-ngobrol santai sekeluarga, "mandharan dhaddiyah oreng muljah, se sholeh ban sholehah." yang artinya "semoga jadi orang mulia, yang sholih dan shalihah." Iya mi', Amien.


Instagram