Sabtu, 17 Oktober 2009 |

Bak Ita

Masyithah Mardhatillah. Dipanggil Ita. Katanya sih, dulu ketika bak Ita lahir masih jarang orang bernama Ita, sehingga Bapak sangat menyukainya karena langka. Beda dulu dan kini. Nama itu sudah tidak asing lagi. Banyak ditemukan di mana-mana, bahkan pada ember tahu pun tertulis “ITA”, bakwan ITA, Rumah Makan ITA , warung bu ITA dan seterusnya dan seterusnya. Tapi dirasa bingung juga. Dari nama lengkapnya di atas, mau dipanggil siapa lagi kalau bukan Ita? Masyithah? Ah, kepanjangan buat nama panggilan. Panggilannya pun kacau; masy masy...! masyith masyith...! atau toh toh...! Tilla? Tak lebur (terjemah: tidak menarik). Ila? Kodin (terjemah: kuno). Final : Ita.

Dia lahir pada hari Sabtu, 13 Dzulqa'dah 1409 H./17 Juni 1989 M. Hampir bertepatan dengan 2 tahun usia pernikahan Bapak dan Ummi' yakni pada 1 Dzulhijjah 1407 H./28 Juli 1987 M. Sebagai anak sulung sekaligus cucu pertama, dia yang paling disayang oleh Emba. Menrut mitos Madura, cucu pertama itu yang paling disayang (rawahu Ummi').

Banyak kecocokan antara kami berdua. Seperti halnya selera musik, wajah manusia, isu sosial, hingga dalam menentukan lokasi jogging tiap pagi. Dalam hal musik, kami sama-sama penggemar Noah (lawas : Peterpan). Dulunya ia sempat vakum dari 'Sahabat' tersebab kasus asusila sang Vokalis. Namun tak lama setelah Boril bebas dan kembali berkarya, ia kembali pada karirnya sebagai 'Sahabat' Noah sejati.

Tentunya juga tak akan terlupa ketika kami sering mengisi kesenggangan dengan saling menguraikan sisi kerelatifan masing-masing dalam menilai wajah manusia. Cantik mana si A dan B menurutmu? Perbandingannya dari sini ke mana? Kami juga sering membuat lelucon dari setiap isu-isu sosial yang terjadi. Teknis leluconnya dengan mengandaikan insiden itu sesuai skenario yang ada di pikiran kami. Lelucon yang dihasilkan khas, sehingga kelucuannya kadang hanya absah di telinga kami sendiri, Eltonita. Waktu pagi adalah momen eksplorasi yang kami mengisinya dengan jalan-jalan. Pagi ini ke mana? Barat, timur, atau selatan? Kalau selatan, sudah ada nasi pecel Kemmisan yang menanti. Sedangkan arah lainnya, kebanyakan penanti.

Jum'at, 14 Dzulhijjah 1432 H./11 November 2011
Jalan-jalan ke arah Timur. Perayaan 11/11/11
Lokasi : Dhuwa'labuh

Secara wajah, Bak Ita lebih mirip Bapak. Mungkin karena inilah Bapak sangat menyayanginya. Kebiasaan dan karakternya pun banyak kesamaan. Mereka berdua sedikit makan dan cenderung tak mau diatur. Bapak paling antusias ketika bercerita masa-masa kecil Bak Ita. Kadangkala Bapak bercerita tentang kedekatannya dengan Kakek (ayah Bapak). Diantara kami bertiga sesaudara, bak Ita lah yang paling lama mendapat belai asuhan Kakek.

Adapun riwayat pendidikan TK-SLTA nya hampir sama denganku. Bahkan dia juga ngabisin 2 SLTA. Ia mutasi ke sekolahnya yang kedua bukan karena paksaan sekolah sebelumnya serpertiku, tapi atas dasar ke-helap-an pribadinya. Disaat ia sudah mendapat ijazah tamat dari MAK Annuqayah, datanglah mu'jizat yang menyuruhnya untuk mengulang lagi masa kelas III nya di MA Nurul Jadid Paiton Probolinggo. Sontak aksinya itu mendapat respon geram dari Ummi'. Atas pelanggaran ini, beliau berfatwa dengan fatwanya yang masyhur, abak-rembhak kadha' mon helappah yang artinya rembukan dulu bila mau neka-neko. Selanjutnya ia menempuh kuliah S1 dan S2 Fakultas Teologi jurusan Tafsir Hadits di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Sabtu, 28 Sya'ban 1432 H./30 Juli 2011 M.
Wisuda S-1  TH | UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Dari kiri : Bapak, Bak Ita, Ummy, Gelgel, Aku


Instagram