Selasa, 28 Juni 2011 |

Lintas Tragedi

Malam itu (13/06/2011) aku, Bapak, dan adikku pergi ke rumah Ba Lilah di desa Larangan Ganding. Seperti malam-malam sebelumnya, kami memang biasa main ke sana walaupun sekedar singgah. Namun saat itu kami bertiga mempunyai kepentingan masing-masing. Aku sendiri mau nebeng netbooknya om Zainur untuk mengetik artikel yang selanjutnya mau diposting ke blog. Entri tersebut sudah diposting dengan judul “Mendisable Task Manager” dan “Mempercepat Koneksi Internet”. Selain itu, aku juga berniat menyalin film ‘Kain Kafan Perawan’ ke flesdis. Sedangkan keperluan adikku mengantarkan benang sulaman ke tante Rila (istri om Zainur), disamping bermain bersama kakak sepupunya yang bernama Ismi. Sedangkan Bapak pergi bersama K. Karim ke rumah Ust. Edy di Lenteng. Kami sangat menikmati indahnya perjalanan dari rumah menuju Larangan dengan mengendarai motor butut antiknya Bapak.

Mempercepat Koneksi Internet

Sadar tidak sadar, kita dibatasi dalam menggunakan bandwith karena secara default Windows membatasi 20% dari total bandwith. Akibatnya koneksi kita ke internet agak mendat-mendot. Jika bandwith tidak dibatasi, tentu saja koneksinya lebih cepat. Sangat mungkin bagi kita untuk mengurangi batasan tersebut bahkan mengosongkannya.  Berikut tipsnya!

Disable Task Manager

Salah satu fungsi dari Task Manager yaitu untuk melihat, membuka, dan menghentikan program yang tengah aktif. Kita dapat mengaksesnya dengan cara menekan kombinasi tombol Ctrl + Alt + Del. Sebab alasan tertentu, kita dapat men-disablenya dengan cara menggunakan Group Policy Editor yang bisa dibuka melalui gpedit.msc.

Langkah-langkahnya sebagai berikut :
Kamis, 02 Juni 2011 |

S-2 Alternative

Bagi sebagian orang, gelar-gelar ketercapaian pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi sangatlah berharga. Susunan huruf di belakang atau di depan nama seakan menambah derajat akademis yang sebenarnya. ”Sudah semester berapa?” | ”Saya sudah wisuda. Baru tamat S-1”. Semua orang tamatan S-1 di belakang namanya pasti ada gelar akademik yang menunjukkan gelar kesarjanaannya. Entah S. Pd. S. Pd. I. dan 'S' lainnya. Walaupun ketika mereka ditanya secara lisan tentang nama, tak mungkin ia menyebutkan gelarnya itu.

Ada seorang teman yang semenjak lahir udah bergelar S. Pd. Lebih tepatnya sejak ortunya memberikan nama; Mulki S.Pd. Tak usah capek-capek sekolah belasan tahun, elar sarjana pendidikan telah terpampang jelas secara alami di belakang namanya. Dia patutnya beterima kasih pada sang pemberi gelar yang boleh jadi lebih berarti dari pada gelar akademik yang diberikan oleh LPFI (Lembaga Penegak Formalitas Indonesia).
Instagram