Sabtu, 10 April 2010 |

Olahraga

Olahraga sangat penting bagi kesehatan jasmani. Dalam catatan sejarah, Rasulullah  amat menyenangi kegiatan fisik ini. Diceritakan bahwa beliau  sering adu gulat bersama sahabat ‘Umar ibn Khattab radiyallahu 'anhuma dan beliau  menjadi pemenangnya. Padahal ‘Umar dikenal sebagai salah satu sahabat berwatak keras dan agresif dalam pertempuran. Dalam Hadits lain juga disebutkan, seorang mu'min yang kuat lebih baik dan dicintai oleh Allah dari mu'min yang lemah. Adalah 'Umar ibn Khattab dalam sebuah Atsar pernah menulis ke penduduk Syam yang berbunyi, "Ajarilah anak-anakmu berenang, memanah dan berkuda. Jelaslah bahwa tidak hanya praktisi kesehatan yang menganjurkan manusia untuk berolahraga, hatta Islam pun juga memerintah generasinya berolahraga, melihat manfaat dan terjaganya kesehatan yang didapat.

Berbeda dengan jenis olahraga tersebut di atas, olahraga favorit dan rutin yang aku lakukan tiap hari adalah Skipping, Pull-up, Push-Up, dan Sit-Up. Keempat macam olahraga praktis ini bersifat individual. Pemilihan olahraga ini disebabkan oleh lingkungan sekitarku (saat ini) yang miskin peminat olahraga. Tak ada orang khususnya remaja yang menyenangi olahraga. Terbukti waktu mereka tidak pernah diisi dengan main Sepak Bola, Bulu Tangkis, Voli, atau olahraga lainnya. Melainkan mereka lebih senang duduk di pinggir jalan sambil ‘matanya’ melototi lalu-lalang kendaraan. Tak lupa pula ada benda panjang 9 senti di tiap mulut mereka yang senantiasa mereka hirup. Dengan kondisi itulah, sulitlah bagiku untuk memlilih olahraga yang menuntut lebih dari seorang.

Skipping adalah olahraga lompat tali yang biasa disebut main spring. Olahraga ini telah lama aku lakukan, tepatnya saat nyantri dulu, walau hanya sekali-kali. Sejak keluar dari pondok, aku lebih leluasa mengatur waktu, sehingga Skipping telah menjadi rutinitasku tiap hari. Banyak orang berkata bahwa Skipping dapat menambah tinggi badan, walau juga beresiko menyebabkan penyakit Hernia. Ada beberapa teknik dalam Skipping (my own version). Pertama, jumping. Gaya ini bisa dilakukan dengan cara memutarkan tali secara terus menerus diikuti dengan lompatan badan dengan frekuensi yang sama. Kedua, running. Perputaran talinya sama dengan jumping, tapi kaki digerakkan layaknya orang berlari. Ketiga, doubling. Gaya ini dirasa paling sulit dilakukan. Selain dibutuhkan kecepatan dan ketinggian kaki dalam melompat, gaya ini menuntut agar tangan juga bergerak sangat cepat dalam memutar tali.

Berdasarkan pengalaman, penguasaan teknik doubling tidaklah gampang. Butuh proses dan kebiasaan. Disebut doubling karena dilakukan 2X putaran dalam setiap lompatan. Lebih hebatnya, omku Izzul Muttaqin mampu memutar sampai 3X dalam setiap lompatan. Namun itu hanya sebuah kebetulan, tuturnya. Setelah itu tak bisa lagi.

Ada juga yang bermain Skipping dengan menyilang-nyilangkan tali sambil tetap melompat seperti biasa. Sinkronisasi gerakan tangan dan kaki tentu harus diciptakan. Gaya ini tidak menghabiskan banyak tenaga. Hanya menuntut penyesuaian gerakan tangan dan kaki agar tidak terjadi miss; kadang-kadang tali kena injak kaki, atau gerakan tangan lebih cepat dari kaki dan sebaliknya. Miss bisa terjadi dalam setiap gaya Skipping.

Adalah temanku Firda yang sejak dulu berkecimpung dan eksis di dunia olahraga hatta jurusan kuliahnya pun olahraga. Sebagai orang berpengalaman, kepadanyalah tempat konsultasiku. Mulai dari sharing, minta tips, bahkan motivasi agar tetap rajin berolahraga. Menurutnya, diantara olahraga yang baik, selain Renang dan Skipping, ada pula yang namanya Restok.

Restok dilakukan dengan bergelantungan di atas kayu atau besi seraya mengangkat tubuh dan melepaskannya kembali ke bawah. Adapun frekuensinya tergantung kekuatan otot lengan. Awalnya memang tidak instan bisa dilakukan, apalagi dengan jumlah yang banyak. Namun jika tekun berlatih, lama-kelamaan tubuh serasa ringan sehingga lebih mudah lengan kita mengangkatnya. Restok adalah aktivitas olahraga mengangkat tubuh kita sendiri. Dikisahkan seorang Bayu dalam film Garuda di Dadaku menjadikan restok sebagai latihan sampingan untuk meraih impiannya menjadi pesepak bola profesional. Sayangnya ia mengalami kecalakaan. Tempat gelantungannya yang terbuat dari kayu tipis seketika patah, sehingga ia pun terjatuh. Sebaiknya tempat Restok dibuat dengan besi yang mampu menanggung berat badan untuk menjamin keamanan dan keselamatan dalam olahraga tersebut. 

Jawaban beragam aku dapatkan perihal olahraga yang paling baik. Kata Pak Afnan, Renang lah olahraga terbaik, berdasarkan hasil surfing di Internet. Lain halnya dengan guru Biologiku Pak Ahmadi yang menganggap Push-Up sebagai olahraga tak tertandingi.

Push-Up bertujuan untuk memperkuat otot lengan. Memang dalam kegiatannya otot tersebut memegang peranan utama untuk mengangkat dan menahan tubuh ke atas ke bawah. Menurut Pak Anas (ahli akupuntur desa Pananggungan), Push-Up juga berpotensi meninggikan badan. Ada 2 macam gaya Push-Up yang aku kenal; cara biasa, yaitu tekhnik Push-Up dengan menyentuhkan telapak tangan sepenuhnya ke bumi seraya menahan beban berat badan dengan mengangkat dan menahannya. Kedua, teknik kepalan. Perbedaannya hanya pada bentuk tangan, yakni harus dikepalkan. Berat badan seluruhnya bertumpu pada mata tangan jari telunjuk dan tengah, tidak boleh seluruh mata tangan disentukan sebab akan berakibat negatif pada mata. Juga tidak boleh kita menumpukan berat badan pada mata tangan jari-jari selain di atas yang juga akan berdampak sama. Pertama aku melakukannya dirasa sakit yang sangat serta ditandai dengan bekas hitam pada kedua mata tangan yang ditimbulkan karena tekanan yang cukup kuat. Tapi rasa sakit itu perlahan akan sirna kalau kita sering melakukannya.

Aku sangat terobsesi melihat para atlit di media massa yang selalu memamerkan bodi atletisnya. Lengan mereka berotot, dada mereka seakan-akan mengembang seperti adonan, dan perut mereka kelihatan layaknya tokoh di kartun Son Goku (berbentuk), tidak rata seperti orang “non atletis” atau orang gemuk yang perutnya buncit ke depan mirip orang hamil 5 bulan. Sungguh ngidam punya perut berotot kayak mereka. Konon, perut mereka bisa demikian karena dilatih dengan olahraga khusus pelatihan otot perut, Sit-Up.

Untuk melakukan Sit-Up, kadang membutuhkan seseorang untuk menindih kaki untuk menjaga agar tidak bergerak. Kita juga bisa menancapkannya ke kursi atau benda apapun yang bisa mendiamkan kaki kita. Sebagian orang mengatakan posisi tangan harus memegang kepala di bagian belakang. Olahraga ini tidak begitu sulit dilakukan, bahkan bagi pemula pun dirasa sangat bisa.

Begitulah rutinitasku tiap hari dalam berolahraga. Tiap pagi sebelum berangkat sekolah aku meluangkan waktu untuk Skipping sebanyak 1000x putaran disertai teknik doubling 50x putaran (kalau dihitung satu per satu maka jumlahnya 100x putaran). Habis itu Restok 10x angkat-lepas badan, Push-Up 10x, dan Sit-Up juga sebanyak 10x. Demikian pula waktu sore setelah Ashar, aku juga berolahraga Skipping, Restok, Push-Up, dan Sit-Up dengan frekuensi sama seperti di atas, tapi ada perbedaan dalam teknik Skippingnya. Pagi hari aku melakukan Skipping dengan gaya running dan doubling, sedangkan gaya jumping aku lakukan di waktu sore dan juga diikuti doubling 50x sesudahnya.

Olahraga kesukaanku di atas memang tidak ada kompetisinya. Akan tetapi, semua olahraga ini mempunyai prospek pada olahraga lain yang kompetitif seperti Restok berorientasi kepada Sepak Bola berdasarkan latihan Bayu dalam film GDD, atau pula Skipping bisa juga diprospekkan pada olahraga Voli dan Basket karena dapat meninggikan badan. Push-Up dan Sit-Up acapkali menjadi gerakan pemanasan dalam olahraga bela diri.

Di samping banyak manfaatnya olahraga-olahraga di atas juga dinilai beresiko. Jangan pernah lupa untuk selalu memakai celana dalam (klo bisa yang cukup ketat) demi menghindari beberapa penyakit yang akan ditimbulkan seperti Hernia. Kita tahu olahraga terutama seperti di atas sangat menimbulkan goncangan dan getaran dalam tubuh. Oleh sebab itu harus super protektif. Salah satu caranya kita harus memperhatikan pakaian yang kita pakai, utamanya di bagian bawah.

Mengenai frekuensi tidak bisa langsung instan. Pengalaman pribadi tidak mencapai jumlah itu seketika, melainkan harus bertahap sedikit demi sedikit. Ada kemungkinan kita merasa ‘boring’ manakala kita langsung bersikeras mencapai target yang jauh. Keep sport!



Instagram