Senin, 23 Maret 2015 |

Putus Cinta & Move On

Setiap orang yang putus cinta pasti merasa sakit, sebagaimana orang berpuasa yang pasti merasa lapar dan haus. Jika tidak merasa sakit, jelas itu bukan cinta. Akan tetapi, setiap orang cenderung berbeda dalam menyikapi perasaan tersebut. Sebagian ada yang uring-uringan meratap, menangis, dan ada pula yang mampu mengondisikan diri.

Pemuda yang termasuk dalam kategori terakhir di atas, ia tetap melakukan aktivitas sehari-hari seperti lazimnya, bahkan menambah kesibukannya karena waktu yang biasa diluangkan bersamanya sudah tiada lagi, kendati tak dipungkiri dalam perasaannya ada gejolak hebat yang mengusik. Anehnya, pemuda yang berkarakter seperti ini seringkali dipandang sebagai pecinta yang tidak punya perasaan, sebab (secara kasat mata) putus cinta tak mengubah apapun dalam kehidupannya. Padahal ia bukanlah orang yang tak punya perasaan, hanya saja ia mampu berada di atas perasaannya.

Bagi yang sering mengalami kisah cinta, mari sejenak mengingat peristiwa-peristiwa putus cinta yang dulu pernah dialami. Rasanya lucu dan sangat menggemaskan bukan? Bahkan kita bisa tertawa sendiri bak orang gila. “Kok bisa ya aku galau?”, “Kok bisa ya aku menangis tersedu hanya gara-gara itu?” Sungguh banyak kekonyolan yang menggelikan. Mungkin di masa lalu, peristiwa-peristiwa itu terasa maklum bagi diri kita. Namun seiring dengan berjalannya masa, terjadilah suatu pergeseran nilai secara berkesinambungan. Persepsi orang berusia 12 tahun akan berbeda dengan persepsi orang berusia 20. Ada pula orang yang berusia 12, tapi pola pikirnya sudah seperti orang yang berusia 20. Inilah yang disebut dewasa sedini mungkin, dimana seseorang yang secara usia masih muda, tapi pola pikirnya sudah melebihi pola pikir kebanyakan orang di usia tersebut. Oleh karenanya, jika tengah dirundung patah hati akibat putus cinta, tidak ada salahnya kita memakai ukuran orang-orang yang sudah dewasa dengan berpikir luas ke depan. Kita bisa membayangkan berada di usia 40-an dan mengingat kembali kejadian saat ini.

Faktanya, kita akan ketawa melihat orang lain yang patah hati. Begitupun kita akan tertawa bila kita mengingat bahwa dulu kita juga pernah merasakan hal serupa. Namun, bagi orang yang mengalaminya sendiri bukan termasuk hal yang lucu. Ketika kita konsultasi pada orang lain yang lebih dewasa perihal putusnya cinta, kebanyakan mereka akan tertawa, walau kita menilai mereka tidak pantas meremehkan derita yang kita alami. Ya, karena pola pikir mereka udah beda. Mereka tersenyum karena merindukan indahnya masa-masa itu dan menyadari betul kalau yang saat ini kita derita adalah galau galaunya anak muda, sedih sedihnya anak muda, patah hati patah hatinya anak muda. Sehingga bagi mereka hal tersebut adalah sesuatu yang lucu. Sama lucunya bila ada seorang bayi yang curahan kalau ia menangis gara-gara tidak dapat minum susu menjelang tidur.

Putus cinta erat kaitannya dengan move on. Putus cinta itu penyakit, dan move on lah penyembuhnya. Inilah pola yang lumrah terjadi di kalangan pemuda. Pernah ada seorang teman cewek ngirim SMS padaku yang isinya,

“Udah bisa move on?”
Aku hanya tersenyum dan membalasnya “Move on tuh tradisi jadul.”
“Yang gak jadul gimana mangx?”
“Pernahkah km ketemu hujan deras, lalu hujan itu reda? Terus ada orang nanya, 'udah bisa move on?' :D “

Putus cinta tak ada bedanya dengan fenomena alam seperti redanya hujan. Jika datang, syukuri. Jika hilang, ikhlaskan (let go). Perlukah move on? Perlu, tapi tak usah diupayakan. Move on khususnya dalam cinta bukanlah sebuah ritual teknis yang harus ditempuh. Percayalah, membiarkan move on terjadi secara alami akan lebih indah dan berkesan. Setelah berpisah dari kekasih, jalani hari dengan berbagai aktivitas positif meski dengan memikul beban perasaan patah hati. Persilahkan diri ini bersedih. Hidupi rasa patah hati dalam diri. Jika ingin menangis, menangislah seakan kita menumpahkan perasaan cinta itu lewat air mata. Ini bukan hal yang tabu. Putus cinta, gak perlu berpikir move on. Semakin sakit yang kita rasakan, semakin berefek pada proses pendewasaan. Hari berganti hari, kelak akan tiba suatu saat yang mengejutkan, dimana hadir intuisi dalam diri, “Eh kok tiba2 aku udah move on ya?” Dijamin akan ada guratan senyum tipis di bibir bagi yang mengalaminya. Move on akan terjadi dengan sendirinya seperti hujan yang Tuhan sendiri meredakannya. Dan bersiaplah menerima hujan-hujan lebih indah selanjutnya yang akan kembali membasahi hati ini.

Menurut Mario Teguh, jika ada orang yang sulit move on sepatutnya ia bersyukur karena termasuk gejala kuatnya cinta. Orang yang baik pasti sulit move on. Sebaliknya orang yang tidak baik gampang sekali move on. Namun disamping itu, kita juga harus melihat bahwa sikap demikian juga termasuk ketidakcerdasan, karena berindikasi mengharapkan orang yang tidak baik. Janji bagi orang yang move on adalah pasangan dan cinta yang lebih baik. Ini sulit dilakukan, karena juga disebabkan oleh godaan setan. Setan menginginkan kita stagnan, berharap kembalinya orang yang tidak baik, dan merusak diri. Berapa banyak orang yang putus cinta tidak lagi menjadi menarik? Klo ada orang yang putus cinta, lalu ia mengambil tindakan ngurung diri, tidak makan, tidak mandi, tidak lagi memperhatikan penampilan, maka orang itu pantas dihapus dari pergaulan. Orang yang seperti ini merindukan masa lalu yang tak akan kembali dan mengabaikan masa depan yang terbuka lebar di depan mata. Super sekali pak!

Mencoba berpikir objektif merupakan sikap yang sangat bijaksana. Bila mau jujur, selama kita menjalin sebuah hubungan tidak hanya kebaikan yang terjadi, tapi juga ada perendahan, pengabaian, dan ketidaketisan. Pemuda yang tengah mengalami patah hati masih selalu dihantui keyakinan bahwa si doi adalah yang terbaik baginya, meskipun secara logika tidak demikian. Secara tidak langsung, ia telah menempatkan diri dalam posisi yang amat rendah. Tindakan paling anggun adalah berterima kasih kepadanya atas cinta yang telah dirajut bersama, dan meminta ma'af atas segala kekhilafan dan pengecewaan.

Kisah cinta kita tidak pernah lepas dari pengetahuan Tuhan. Patah hati adalah media Tuhan untuk menguji kita agar semakin dewasa sehingga nantinya bisa bersanding dengan pasangan yang lebih baik dan mendapatkan cinta yang lebih berkelas. Jangan berharap kisah cinta kita seperti di film atau sinetron, karena kisah itu ditulis dan dirancang oleh sutradara. Sedangkan kisah cinta kita begitu istimewa, karena disutradarai langsung oleh Tuhan di atas sana. Dan kita meyakini bahwa Tuhan adalah sutradara yang terbaik. Bersyukurlah seburuk apapun kisah itu. Bubuhkan pengertian dalam diri; seseorang tidak akan hebat bila dirinya tidak melalui proses penempaan terlebih dahulu, yang itu bisa berupa rapuh, patah hati dan berbagai kekecewaan lainnya.

Tua sedini mungkin (baca : dewasa) adalah solusi atas berbagai problem kepemudaan termasuk dalam hal asmara. Sebagaimana Ibuku selalu berdauh, “pas patoah pekkerah!”. Artinya, tuakanlah pikiranmu. Proses penuaan pikiran bisa semakin cepat dengan seringnya patah hati. Kalau pikiran sudah tua, seseorang akan menerapkan move on bukan pada asmara, tapi pada sesuatu yang lebih bermakna, seperti move on dari malas menjadi istiqamah dalam belajar dan ibadah.

Cheers,
Elton Cena


Instagram